:: Seminar Nasional Rangkaian dj expo 2008

Lampung Miliki 13 SBI

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Provinsi Lampung memiliki 13 sekolah rintisan sekolah bertaraf internasional (SBI). Dalam dua tahun, sekolah tersebut menjadi sekolah bertaraf internasional.

------------lit

Oleh sebab itu, sekolah membutuhkan sumber daya pendidik yang berkualitas, tidak hanya kualifikasi minimal S-1, tetapi juga cakap berbahasa Inggris dan menguasai teknologi informasi (IT).

Kepala Bidang Pendidikan Nonformal dan Informal Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, Dr. Khaidarmansyah, mengatakan salah satu kendala pengembangan sekolah standar nasional (SSN) dan SBI adalah keterbatasan sumber daya pendidik di Lampung.

"Guru yang cakap berbahasa Inggris dan mampu menggunakan teknologi informasi masih sedikit. Kondisi ini menjadi kendala dalam pengembangan SSN dan SBI. Siapkah sumber daya pendidikan Lampung menyelenggarakan SSN dan SBI ini?" kata dia dalam Seminar Nasional Pendidikan yang diselenggarakan di Sekolah Darma Bangsa, Sabtu (14-6). Seminar ini hasil kerja sama Peguruan Tinggi Darmajaya dan Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI) Lampung.

Seminar yang dibuka dibuka Wali Kota Eddy Sutrisno dan dihadiri Ketua Yayasan Darmajaya Alfian Husin juga diisi Dr. Badrun Kartowagiran (anggota Tim Pembina SMK bertaraf internasional), Kepala SMPN 1 Haryanto, Kepala SD Al Kautsar L.A. Grastika, dan Kepala SMAN 2 Sudarto.

Untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik tersebut, pemerintah mengeluarkan program sertifikasi guru. Setiap guru wajib memiliki kualifikasi pendidikan minimal S-1 dan mempunyai empat kompetensi, yaitu pedagogik, sosial, pribadi, dan profesional.

"Program sertfikasi ini bersinergi dengan program SSN dan SBI," ujarnya. Sampai kini dari ribuan sekolah di Lampung terdapat 13 sekolah rintisan SBI itu adalah SDN 2 Rawa Laut, SMPN 2, SMPN 1, SMAN 9, dan SMAN 2 Bandar Lampung, SMPN 1, SMPN 4, SMAN 1 dan SMKN 2 Metro. Selanjutnya, SMAN 1 Gadingrejo, SMAN 1 Kotagajah serta SMKN 2 Terbanggibesar.

Dana rintisan untuk SBI SMA terdiri dari dana dekon Rp350 juta dan dana sharing APBD Rp120 juta. Sedangkan rintisan SBI SD dan SMP Rp136,5 juta. "Komitmen anggaran SBI 50% dari APBN, 30% APBD provinsi dan 20% APBD kabupaten/kota," kata dia.

Badrun Kartowagiran mengatakan kini Indonesia belum memiliki sekolah berstandar internasional, semua masih dalam taraf rintisan. Menurut dia, SBI harus memenuhi tiga kriteria, yaitu standar input, proses, dan output. Artinya, siswanya harus berkualitas, begitu juga tenaga pendidiknya.

Sarana prasarana lengkap, memenuhi standar nasional pendidikan dan diperkaya dengan kurikulum internasional. Lulusan sekolah tersebut harus memiliki daya saing internasional. Diterima di pendidikan di luar negeri yang terakreditasi dan diakui di negaranya. "Ini kan belum ada di Indonesia, semua masih dalam tahap rintisan menuju standar Internasional. Ditargetkan pada 2010 sudah ada," kata Badrun.

Sementara itu, Pembantu Ketua II Darmajaya Ary Meizary Alfian mengatakan seminar nasional itu merupakan rangkaian Darmajaya Expo 2008 berkolaborasi dengan stake holder pendidikan. Sebelum seminar dimulai, Darmajaya, HEPI dan Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI) Lampung menandatangani Mou Tri-Dharma Pendidikan, yaitu sharing pemanfaatan sumber pendidik, fasilitas, dan meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan. n RIN/S-1

1 komentar:

Anonim mengatakan...

wah dananya besar juga ya, itu target lulusan sbi mo sekolah kemana? keluar negeri (maksudnya ke non indonesia), atawa sekolah swasta?? pendidiknya pun harus menguasai materi yang diajarkan, menguasai bahasa inggris dan terbiasa mengguankan gadget yg lagi ngetrend dong... ck..ck.ck